Mobil berwarna perak tersebut yang mengangkut empat anggota Laskar FPI saat masih dalam kondisi hidup. Kata Eko, keempat anggota laskar tersebut, adalah Muhammad Lutfi, Ahmad Sofiyan, Suci Khadavi, dan M Reza.
Di bagian belakang mobil sebelah kanan, adalah Suci Khadavi. Di bagian tengah belakang, Ahmad Sofiyan. Sebelah kirinya, M Reza.
“Jadi di bagian belakang itu, ada tiga, berikut dengan kondisi jok di belakang yang tidak diangkat, tetapi dalam kondsisi tidur. Dan kaki semua itu, berlipat seperti orang duduk,” kata Eko, dikutip dari republika.
Sedangkan di barisan tengah mobil, duduk di sebelah kanan belakang supir, adalah Muhammad Luthfi. Sedangkan pengemudi, adalah Ipda Yusmin, dan di kursi penumpang depan, adalah Ipda Elwira, dan di belakangnya, adalah Briptu Fikri.
“Jadi posisinya pada kendaraan tersebut, tiga petugas, dan empat orang dari Laskar FPI yang diamankan tadi,” kata Eko.
Eko menjelaskan reka adegan ke-41 yang menyebutkan saat kendaraan berjalan menuju ke arah Karawang Timur untuk membawa empat Laskar FPI ke Polda Metro Jaya. Pada bagian itu, saat kendaraan melaju pada kecepatan 60-80an Km/jam, persisnya di KM 50,2 terjadi keributan. Keributan tersebut, yang selama ini diduga sebagai aksi perebutan senjata api di dalam mobil.
Dikatakan Eko, dari rekonstruksi, empat anggota laskar itu, melakukan pengeroyokan terhadap Briptu Fikri. M Reza, dikatakan mencekek leher Britu Fikri dari belakang. Ahmad Sofiyan, dari arah belakang tengah menarik rambut Briptu Fikri, dan Suci Khadavi juga ikut menarik rambut Briptu Fikri. Kemudian Lutfi Hakim, kata Eko, dari reka adegan, mencoba merebut senjata api dari Briptu Fikri.
“Senjata itu, ada di sebelah kanan Briptu Fikri, di tengah-tengah antara Fikri, dengan Lutfi Hakim. Senjata itu diperebutkan,” ujar Eko.
Saat adegan perebutan senjata itu, kata Eko, hasil rekonstruksi juga mendapatkan pengakuan tentang aksi teriakan Briptu Fikri yang dalam kondisi diserang oleh empat laskar. “Fikri mengatakan, ‘Bang, tolong Bang, senjata saya’,” kata Eko menjelaskan reka adegan.
Eko mengatakan, reka adegan ke-43 itu berlanjut dengan respons terdakwa Ipda Yusmin yang mengendalikan laju mobil dengan mengingatkan Ipda Elwira yang duduk di kursi penumpang depan.
“Yusmin berkata, ‘Wir, Wir, awas Wir’,” kata Eko.
Eko melanjutkan, Ipda Elwira, pun merespons peringatan itu dengan membalikkan badan ke arah belakang. Dalam reka adegan, kata Eko, Ipda Elwira yang melakukan penembakan pertama, dan kedua. Dua kali penembakan itu yang menewaskan Lutfi Hakim, dan Ahmad Sofiyan.
“Ipda Elwira melihat ke belakang, dan menembak ke arah Lutfi Hakim. Jadi yang di belakang supir (Luthfi Hakim) sudah dilakukan pengamanan (ditembak) oleh Ipda Elwira,” kata Eko.