Pada tahun 2018, tes DNA pada keturunan Raja Oristak mengungkap keberadaan haplogroup J2a1i, yang juga ditemukan pada populasi Yunani kuno di Pella. Penemuan ini membuka kemungkinan adanya migrasi genetik melalui jalur perdagangan atau diaspora Yunani. Meski bukti langsung mengenai migrasi Oristai ke Asia Tenggara terbatas, hasil tes DNA ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana peradaban kuno dapat terhubung dengan wilayah yang tampaknya jauh secara geografis.
Nama dan Tradisi: dari Orestis hingga Oristak
Nama Oristai dari Yunani kuno menjadi Orista di Sumatra Utara menunjukkan bagaimana warisan budaya dan cerita leluhur dapat bertahan melalui generasi. Transformasi menjadi Oristak, dan akhirnya Huristak, mencerminkan adaptasi bahasa dan budaya lokal. Tradisi mendirikan kerajaan di antara dua sungai menegaskan kesamaan simbolik dengan Argos Orestikon di Makedonia.
Legenda dan Warisan Sejarah
Legenda Raja Sohataon yang berarti Paduka Matahari yang mengklaim keturunan dari Sultan Zulkarnain menunjukkan bagaimana elemen mitos asing diintegrasikan dengan identitas lokal. Raja sohataon pendiri kerajaan huristak modern dikenal juga sebagai Raja Kerajaan Barumun yang menikahi Putri Aru dan Melahirkan Patuan Mulia Tandang Alamsyah (Raja Huristak II) pemenang perang siak dan banyak memberikan nama2 tempat yang terkait leluhurnya, sehingga banyak nama seperti orestai, sosa, rokan di padang lawas dan riau indonesia yang sebenernya adalah nama nama daerah dalam ekspansi aleksander agung dahulu.
Meskipun tradisi ular berkepala dua simbol penting dalam mitologi Yunani dan ditemukan dalam mitos ular di aleksander agung juga tercatat di Oristak, cerita-cerita lokal tetap menonjolkan spiritualitas dan sinkretisme budaya.dimana di budaya nusantara simbol ini sering digambarkan dengan dua naga bermahkota besar di candi candi nusantara