JAKARTA, Mediakarya – Perhelatan dua hari KTT Ke-42 ASEAN yang digelar di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, usai pada Kamis (11/5). Kini tinggal menanti langkah nyata dari seluruh kertas kerja atau kesepakatan yang dihasilkan.

KTT ASEAN 2023 dihelat saat dunia mengarungi Perang Dingin baru, tercermin dari menajamnya rivalitas dan polarisasi antara Amerika Serikat dan China serta dukung-mendukung terkait Perang Rusia-Ukraina.

Pembentukan aliansi pertahanan AUKUS (Australia, Inggeris, dan AS) pada 15 September 2021 dan rencana pembukaan kantor Aliansi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di Tokyo, tentu tujuannya untuk mengimbangi sepak terjang China di Laut China Selatan (LCS) dan di Pasifik.

Melonjaknya anggaran militer global sebesar 3,7 persen menjadi 2.240 miliar dollar AS (sekitar Rp33.400 triliun) menurut Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), juga salah satu cerminan suasana Perang Dingin baru.

Presiden Jokowi dalam jumpa pers pada akhir pertemuan (11/5), antara lain, mengemukakan RI ingin melihat ASEAN mampu menghadapi tantangan, tanggap terhadap dinamika, serta tetap memegang peran sentral di kawasan.

ASEAN saat ini juga terus mematangkan perspektif pertahanan guna melengkapi pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik (ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik/AOIP) yang digagas RI dan disepakati pada 2019.

Pada KTT Ke-42 ASEAN, empat poin bahasan AOIP (29 – 32) masuk dalam 125 poin Pernyataan Ketua ASEAN 2023 selain poin-poin terkait kerja sama penanggulangan perdagangan orang seperti dialami 20 WNI dalam kasus bisnis online scams di Myanmar yang diselamatkan pemerintah RI baru-baru ini.

Terkait penguatan kerja sama ekonomi, ASEAN sepakat membangun ekosistem mobil listrik dan menjadi bagian penting rantai pasok global dengan menempatkan hilirisasi industri sebagai kunci.

Jokowi juga menyinggung penguatan implementasi transaksi mata uang lokal (local currency transaction-LCT) antarnegara anggota ASEAN) dan konektivitas pembayaran antarnegara.