JAKARTA, Mediakarya – Pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kota Bekasi menarik untuk diikuti. Betapa tidak, pasca absennya dua punggawa politik Kota Bekasi yakni Rahmat Effendi dan Mochtar Muhamad dalam pertarungan politik, dari tiga pasangan kontestan pilkada tidak satupun tokoh yang menonjol.
Namun, dari tiga paslon pilkada Kota Bekasi, yakni Heri Koswara-Solihin, Tri Adhianto-Harris Bobihoe, dan Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni, masing-masing berpeluang menang pada kontestasi politik mendatang.
Analis Politik Nusantara Sejahtera (PNS) Noor Fatah menilai, bahwa ketiga paslon pilkada Kota Bekasi memiliki kelemahan dan keunggulan.
Namun demikian, peluang dan potensi kemenangan ketiga paslon tersebut tergantung kemampuan tim sukses (tim ses) untuk memainkan strategi politiknya dalam menarik simpati publik.
Fatah mengungkapkan, meski Tri Adhianto merupakan incumbent, dan memiliki peluang besar dalam memenangkan pilkada, namun mantan Kadis Bina Marga Kota Bekasi ini dinilai memiliki resistensi yang cukup tinggi atas sejumlah persoalan dugaan korupsi yang telah dilaporkan oleh sejumlah kelompok masyarakat ke KPK dan Kejagung.
“Ini tentunya harus clear dulu. Pak Tri harus bisa menjawab sejumlah tudingan atas dugaan korupsi yang telah dilaporkan ke KPK dan Kejagung. Jangan sampai kasus ini jadi opini liar, dan publik menyimpulkan dengan asumsinya masing-masing. Jika ini tidak diklarifikasi oleh cakada itu sendiri, dikhawatirkan akan memunculkan stigma negatif dari masyarakat,” ujar Fatah kepada Mediakarya, Jumat (27/9/2024).
Selain itu, kata Fatah, paslon nomor urut 3, Tri-Harris tidak mempresentasikan masyarakat Kota Bekasi. Sebab, jika belajar dari pilkada sebelumnya, pasangan cakada Kota Bekasi selalu melibatkan putra daerah. Namun keduanya tokoh dari luar Bekasi.
“Meski isu primordialisme sudah tidak relevan, tapi faktanya masyarakat Kota Bekasi masih bangga dengan daerahnya. Hal itu jika dilihat dari dialektika bahasa, masyarakat luar daerah mengaku nyaman dengan kultur Bekasi. Ini artinya budaya Betawi Bekasi masih kental. Jadi tak heran jika sebagian masyarakat Bekasi menginginkan kepala daerahnya itu asli putra Bekasi,” jelasnya.
Selajutnya kata Fatah, pasangan Heri Koswara-Solihin juga memiliki peluang yang dalam memenangkan pilkada Kota Bekasi. Mengingat keduanya dinilai lebih faham soal Kota Bekasi.
Dia menilai pasangan Herkos-Solihin lebih akomodatif, selain ada keterwakilan putra daerah (Heri Koswara), paslon nomor urut 1 ini dinilai dapat menjawab persoalan masyarakat Kota Bekasi.
Sedangkan Solihin sendiri merupakan keterwakilan dari masyarakat dari luar Bekasi sebagai pengusaha muda dan berhasil berkarier di politik.
Menurut Fatah baik itu Herkos maupun Solihin keduanya merupakan anggota dewan terpilih meski mereka saat ini keduanya telah mengundurkan diri lantaran mengikuti kontestasi pilkada.
“Artinya, paslon nomor urut satu ini paket komplit, karena diusung partai berbasis agamis dan didukung sejumlah partai nasionalis. Maka wajar jika masyarakat mengunggulkan pasangan Herkos-Solihin,” urai Fatah.
Kemudian pasangan nomor urut 2 Uu Saeful Mikdar-Nurul Sumarheni meskipun keduanya bukan berangkat dari partai politik, tapi kata Fatah, Uu-Nurul sudah memiliki jaringan akar rumput yang kuat.
“Kita tahu bahwa Uu diusung Golkar, dan perlu diingat bahwa partai berlambang pohon beringin ini basis massanya cukup kuat karena sebelumnya telah diwarisi oleh pendahulunya yakni pak Rahmat Effendi. Bahkan berdasarkan informasi, bahwa majunya pak Uu itu telah mendapat restu dari pak Rahmat,” kata Fatah.
Sementara, Nurul sendiri merupakan mantan Ketua KPU Kota Bekasi yang dinilai memiliki pengalaman strategi dalam memenangkan pilkada.
“Tapi sayangnya keduanya tidak bisa mempresentasikan masyarakat Kota Bekasi. Karena keduanya bukan putra atau putri daerah. Meski memiliki peluang menang namun timnya harus kerja keras,” katanya.
Namun kehadiran paslon nomor urut 2 itu tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat Uu merupakan mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi yang diprediksi memiliki jaringan yang cukup kuat melalui dunia pendidikan.
Lebih lanjut, Fatah mengungkapkan bahwa Pilkada kali ini merupakan adu strategi antara mantan birokrat dan politisi putra daerah. “Nah silahkan publik yang menilai dari tiga paslon itu. Mana yang terbaik buat memimpin Kota Bekasi dalam lima tahun kedepan,” pungkasnya. (Aep)