Pihaknya juga mempertanyakan soal keabsahan proses pemilihan Ketua DPD Golkar Kota Bekasi saat itu. Oleh karenanya, Iskandar memandang perlu bila Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar mengevaluasi kepemimpinan DPD Golkar di Kota Bekasi tersebut.
“Bicara Ade pastinya tidak lepas dari bayang-bayang Pepen. Bahkan saya menilai Pepen gagal memimpin Golkar Kota Bekasi. Di saat Pepen menjabat Wali Kota Bekasi saja kursi Golkar di DPRD masih kalah dengan PKS dan PDIP. Oleh karena itu DPP Golkar tidak boleh tinggal diam dalam persoalan ini. Masih ada waktu partai ini untuk berbenah dalam menghadapi Pemilu mendatang,” beber Iskandar.
Menurutnya, bagaimana mungkin Ade bisa mampu membesarkan partai, sementara dia (Ade) sendiri tidak familiar di mata masyarakat. Bahkan orang tuanya sendiri saja tidak bisa membawa Golkar ke arah yang lebih baik.
“Orang tuanya saja yang disanjung sebagai kader senior tidak mampu membawa Golkar ke arah lebih baik, justru akhir perjalanan politiknya tergolong tragis. Pepen harus menelan pil pahit akibat perbuatannya dengan serangkaian tuduhan korupsi dan saat ini telah mendapat vonis 11 tahun penjara,” katanya.
Untuk itu, Iskandar meminta agar DPP Golkar tidak ego sektoral dalam menyikapi dinamika Golkar di Kota Bekasi. Masih banyak kader potensial yang dinilai mampu mengembalikan marwah Golkar di tengah keterpurukan partai yang pernah berjaya di era Ahmad Zurfai (Wali Kota sebelumnya).
“Golkar Kota Bekasi saat ini ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah Wali Kota-nya yang juga mantan senior Golkar Kota Bekasi diciduk KPK, gedung Golkar sebagai simbol eksistensi partai, saat ini sudah jatuh di tangan orang lain akibat ketidakmampuan Pepen menjaga amanah partai. Tidak ada kata lain selain DPP mengevaluasi secara menyeluruh terhadap kepengurusan Golkar Kota Bekasi,” tegasnya.