Anak Berprestasi dari Keluarga Pemulung Gagal Lolos Masuk SMPN 27 Bekasi, AMPP Ancam Demo

KOTA BEKASI, Mediakarya – Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan (AMPP) mengancam akan menggelar aksi damai besar-besaran setelah Keimita Ayuni Putri Aiman, siswi berprestasi dari keluarga pemulung di SDN Sumur Batu 1, gagal lolos Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) SMPN 27 Kota Bekasi. Kegagalan anak pemulung yang memiliki prestasi akademik cemerlang ini memicu kekecewaan komunitas tersebut karena Pemerintah Kota Bekasi dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bekasi tidak memberikan perhatian serius.

Mandra Putra, aktivis dari Aliansi Masyarakat Peduli Pendidikan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap sistem seleksi yang dinilai belum sepenuhnya berpihak pada siswa berprestasi dari keluarga ekonomi lemah.

“Sangat disayangkan ketika anak berprestasi seperti Keimita tidak mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan di sekolah negeri yang seharusnya menjadi hak mereka,” ujar Mandra, Kamis (3/7/2025).

Selain Keimita, dia juga mengungkapkan bahwa masih ada satu siswi lagi dari SDN Sumur Batu 1 yang nasibnya masih menggantung.

“Ada satu lagi yaitu Siti Aisyah, putri dari keluarga pemulung yang saat ini masih dalam proses SPMB dan menunggu pengumuman hasil seleksi. Kami akan terus mengawal proses seleksi Siti Aisyah agar namanya tidak tersingkir dari daftar penerima. Anak-anak dari keluarga pemulung ini justru harus mendapat prioritas,” tegas Mandra.

Dia menilai bahwa keluarga pemulung merupakan pahlawan pengurangan sampah dengan kondisi ekonomi lemah. “Seharusnya mereka mendapat prioritas dan perhatian pendidikan gratis dari pemerintah,” jelasnya.

Mandra juga menekankan pentingnya anak-anak dari keluarga ekonomi lemah untuk bersekolah di sekolah negeri. “Sebenarnya harus di sekolah negeri, kalau swasta, semakin berat beban ekonomi mereka,” katanya.

Karena itu, dia berharap pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Kota Bekasi, dapat meninjau kembali sistem seleksi yang ada agar lebih berpihak pada siswa berprestasi dari keluarga ekonomi lemah, terlebih lagi anak dari keluarga pemulung yang telah berjasa mengurangi sampah. “Kami akan terus memperjuangkan hak anak-anak ini agar terjadi berubahan kepada pemulung ke depannya,” tegas Mandra.

Jika pemerintah tidak memberikan perhatian serius terhadap permasalahan ini, Mandra mengancam akan menggelar aksi damai besar-besaran. Aksi tersebut akan melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk orang tua siswa, aktivis pendidikan, dan komunitas peduli anak.

“Kalau memang pemerintah tidak ada itikad baik untuk memperhatikan nasib anak-anak ini, kami akan turun ke jalan. Aksi damai besar-besaran akan kami lakukan untuk menuntut keadilan dalam pendidikan,” ancam Mandra dengan nada tegas.

Hingga berita ini ditayangkan, pihak SMPN 27 Kota Bekasi dan Dinas Pendidikan Kota Bekasi belum memberikan tanggapan resmi terkait kasus ini. (Supri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *