Ketiga, Revolusi Hilirisasi Kelap. Pendirian Pabrik Kelapa Terintegrasi yang dilengkapi dengan Klaster Industri Sirkular. Klaster ini dirancang untuk menyulap 69% limbah kelapa (sabut, batok, air) yang selama ini terbuang, menjadi aneka produk bernilai tambah tinggi seperti serat kelapa, briket arang, dan turunan lainnya, menciptakan lapangan kerja dan sirkular ekonomi lokal.
Keempat, Destinasi Ekowisata Kelas Dunia. Pengembangan Pariwisata Menyelam Premium yang memanfaatkan keajaiban bawah laut Pulau Mitita dengan memberikan pengalaman menyelam bersama Hiu Sirip Hitam (Blacktip Reef Shark) . Pilar ini didukung oleh komitmen meningkatkan konektivitas udara, baik frekuensi penerbangan domestik maupun pembukaan rute internasional langsung, agar “Maldives-nya Indonesia” ini dapat diakses dengan mudah oleh wisatawan mancanegara.
Membangun dari Akar Rumput: Pendidikan dan SDM
Revolusi infrastruktur dan ekonomi harus dibarengi dengan revolusi sumber daya manusia. Tim Patriot UI bersama Pemkab Morotai meluncurkan inisiatif “Goes to School”. “Program ini mengajak anak-anak memahami sejarah, mitigasi bencana, dan potensi daerahnya”, ,” ujar Didik Wahyudi, Kepala SD 1 Daruba.
“Kami ingin membentuk generasi yang cerdas, tangguh, dan bangga jadi orang Morotai. Mereka adalah pemilik masa depan pulau ini,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Morotai, Mauludin Wahab.
Penutup: Morotai, Pelita Harapan dari Timur
Hari Bhakti Transmigrasi 2025 menjadi penanda dimulainya babak baru. “Ketika anak-anak Morotai nanti menyaksikan kapal-kapal membawa hasil olahan orang tua mereka melintasi samudera, sambil menikmati kesejahteraan dari bumi dan laut sendiri, di situlah makna sejati ‘bhakti’ itu terwujud,” pungkas Dr. Rachma Fitriati.
Dari garis depan negeri, dengan data sebagai senjata dan kolaborasi sebagai strategi, New Transmigrasi 5.0 di Morotai bukan lagi wacana. Ia adalah sebuah gerakan nyata membangun Indonesia yang berdaulat, dimulai dari wilayah yang paling membutuhkan. (Hab)
