Dimulai dari “Noel“ Ya Pak?

Ist

Oleh: Yusuf Blegur

Dimulai dari nol atau Noel ya pak?. Ah sama saja, baik nol yang berbau BBM Pertamina maupun Noel yang suka menempel kekuasaan, keduanya mengandung korupsi beroktan tinggi hasil olahan konspirasi dan sindikasi

Saat membeli BBM di SPBU milik Pertamina, sebelum pengisian, petugas akan mengingatkan pemilik kendaraan bermotor dengan kalimat “dimulai dari nol ya pak”. Seakan menegaskan kedisiplinan, keterbukaan dan kejujuran dari manajemen perusahan tambang dan minyak nasional yang dikelola BUMN itu kepada rakyat sebagai konsumennya.

Secara morfologi dan harfiahnya, penyebutan Nol dalam konteks SOP petugas sebelum pengisian BBM tidaklah sama dengan Noel panggilan akrab Emmanual Ebanezer Gerungan yang saat ini berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Keduanya serupa tapi tak sama. Nol dalam Pertamina adalah angka, sedangkan Noel sebuah panggilan nama merupakan seorang sosok yang namanya sedang populer seantero Indonesia dan mungkin juga dunia.

Meskipun berbeda makna, boleh jadi antara nol dan Noel mengacu pada esai ini, memiliki kesamaan baik dalam substansi maupun esensi terkait permasalahan rakyat, negara dan bangsa.

Nol pada pertamina meski terkesan baik di permukaan namun mengisyaratkan bobroknya kedalaman perencanaan, pengelolaan dan pengukuran (planning, organizing and measuring) Pertamina khususnya maupun BUMN pada umumnya. Bukan hanya minyak, semua potensi tambang lainnya seperti emas, batubara, nikel dll. dari melimpahnya sumber daya alam, dikuasai asing dan aseng serta digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran segelintir orang.

Sedangkan pada Noel, seperti Pertamina juga, sosok aktifis yang memulai debut politiknya dari relawan kemudian masuk dalam ‘inner circle’ kekuasaan mulai dari komisaris hingga menjadi wakil menteri. Noel membuka tabir dirinya sendiri bahwa apa yang menjadi nilai-nilai begitu berjarak dengan tindakan. Kontradiktif antara pikiran, ucapan dan perilakunya, Noel menunjukkan wajah aslinya, setidaknya itu yang menjadi penilaian publik sekarang.

Nol dan Noel sama-sama beririsan dengan realitas semu. Baik dan tampak indah dari luar, namun busuk di dalam. Nol dalam pertamina menjadi angka yang tak berjumlah, dari harga selangit BBM yang tak masuk akal, sindikat oplosan pertamax sampai dengan mega korupsi 285 triliun dsb.

Noel apalagi. Skandal korupsi yang dibangun dari pondasi oportunis, arogansi, tebal muka dan penjilat serta menghalalkan segala cara untuk meraih jabatan. Orang seperti Noel memang tidak sedikit bahkan terlalu banyak dan lama bersemayam dalam tubuh birokrasi dan sistem di republik ini. Meskipun menjadi ironi bagi rakyat, negara dan bangsa Indonesia, karena merekalah yang sekarang memangku kepentingan publik.

Dimulai dari Noel ya Pak?. Alangkah baiknya Pak Prabowo bisa menyimak frasa tersebut dengan menulisnya tebal-tebal dan mengingatnya dalam-dalam lewat diam. Karena tak perlu pidato yang berapi-api dan intonasi yang meledak-ledak. Sebagai orang nomor satu bekerjalah memperbaiki dan menyelamatkan negeri ini dengan diam. Tanpa drama, tanpa teatrikal dan tanpa roman picisan.

Dengan perspektif nol Pertamina dan Noel yang pernah menjadi orang dalam kekuasaan. Keduanya sama, dari hulu kejahatan yang terstruktur, sistemik dan masif, menjadi masalah bangsa yang krusial dan akut. Apapun klarifikasi dan rasionalisasi nol dan Noel, Prabowo tetap menjadi orang nomor satu di republik ini. Ayo, kita mulai dari Noel, Sang Presiden!.

Penulis: Mantan Presidium GMNI

Exit mobile version