Jakarta Hadapi Krisis Air, Transformasi PAM Jaya Tak Bisa Ditunda

“Air perpipaan PAM hanya Rp1 per liter, sangat murah dibanding air kemasan. Kami ingin masyarakat beralih,” tegasnya.

Lebih lanjut, Arief menuturkan, transformasi digital juga digenjot. PAM Jaya telah meluncurkan super apps, menerapkan smart water meter digital pada 49 ribu pelanggan, hingga membangun mobil laboratorium mikrobiologi untuk uji kualitas air secara cepat di lapangan.

“PAM Jaya tidak mengambil air tanah, hanya mengolah air permukaan. Kami bekerja siang malam untuk mengakhiri ketergantungan warga pada air galon dan gerobak. Target 2029 harus tercapai,” tandasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta, Firdaus Ali menegaskan bahwa transformasi tata kelola air di ibu kota sudah mendesak dan tidak bisa ditunda.

“Air adalah sumber kehidupan. Hampir semua kitab suci menyebut air sebagai lambang surga. Namun ironinya, Jakarta dengan 13 sungai dan 76 anak sungai, tak satu pun yang layak jadi air baku. Semua tercemar limbah,” kata Firdaus.

Dia juga menyoroti rendahnya cakupan layanan air perpipaan di Jakarta. Secara nasional cakupan air perpipaan baru 20 persen, sedangkan Jakarta sendiri masih di bawah 50 persen.

“Pipanya ada, tapi airnya sering tidak mengalir,” ujarnya.

Exit mobile version