Kontribusi Investasi Terhadap PDB Indonesia Terus Menurun Sejak 2015

Ilustrasi (Foto: Ist)

JAKARTA, Mediakarya – Wakil Rektor Universitas Paramadina, Bidang Sumber Daya Dr. Handi Risza Idris mencatat bahwa kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus menurun sejak 2015, sementara kontribusi sektor manufaktur stagnan di bawah 20%.

Padahal, kata Handi, investasi merupakan kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Oleh karena itu, ia merekomendasikan perbaikan iklim investasi melalui transparansi, birokrasi yang bersih, dan pengembangan kualitas SDM.

“Untuk mencapai pertumbuhan 8%, ICOR (Incremental Capital-Output Ratio) harus berada di angka 3-4, dengan total kebutuhan investasi mencapai Rp13.528 triliun dalam 5 tahun ke depan” tegas Handi saat menggelar diskusi bersama INDEF yang digelar online bertajuk “Catatan Akhir Tahun: Investasi dan Industri sebagai Faktor Kritis dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%” baru-baru ini.

Dr. Ariyo DP Irhamna, Dosen Universitas Paramadina/Ekonom INDEF, menyoroti ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap China, baik sebagai mitra dagang utama maupun pemasok barang impor.

“Data menunjukkan bahwa 28% impor Indonesia berasal dari China pada 2023, yang berpotensi menimbulkan risiko besar jika terjadi gangguan perdagangan,” tutur Ariyo.

Ia menekankan pentingnya diversifikasi sumber impor dan pasar ekspor untuk mengurangi risiko ekonomi, serta mendukung daya saing produk lokal di pasar global.

Selain itu, ia menggarisbawahi kebutuhan untuk memperkuat nilai tambah industri domestik melalui harmonisasi kebijakan sektoral antara hulu dan hilir.

Sementara itu, Direktur Kolaborasi Internasional INDEF, Dr. Imaduddin Abdullah, membahas pentingnya pertumbuhan ekonomi yang konsisten untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpenghasilan tinggi.

Ia mengingatkan bahwa sejarah mencatat hanya sedikit negara, seperti China, yang mampu mencapai pertumbuhan ekonomi 8% secara berkelanjutan.

Menurutnya, meskipun target ini sangat ambisius, langkah-langkah strategis seperti optimalisasi investasi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta adopsi teknologi dan inovasi harus menjadi prioritas utama.

Exit mobile version