Oleh Lukman Hakim Piliang (Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta)
Program Kegiatan yang digagas Kesbangpol DKI Jakarta 14 Agustus 2025, memberikan pencerahan kepada para peserta yang terdiri dari beberapa tokoh masyarakat Jakarta.
Dimana narasumber pada sesi kedua kegiatan tersebut adalah Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Lukman Hakim Piliang, memaparkan tentang Pendidikan Moral Keagamaan Dan Kearifan Lokal Adalah Sebagai Strategi Kritis Menghadapi Dinamika Budaya Global.
DEKONSTRUKSI KONSEP;
Memaknai Ulang “Ancaman Budaya Asing”. Dimana Dekonstruksi adalah suatu proses untuk membongkar dan memeriksa suatu acara berpikir agar kita bisa melihat asumsi yang tersembunyi, memisahkan bagian bagiannya, dan menemukan cara pandang baru.
Pengaruh Produktif dimana budaya asing dapat memperkaya nilai lokal
melalui pertukaran pengetahuan, tehnologi, inovasi dan nilai-nilai emansipasif.
Pengaruh Korosif dimana dorongan untuk sekedar menjadi pemakai atau pengguna (konsumerisme), melepaskan diri dari lingkungan sosial (individualisme ekstrem).
MEMAHAMI BUDAYA ASING;
Sebagai Produk Industri Budaya
Dengan membaca ulang arus budaya global, siapa yang diuntungkan?
Sebagai contoh serial Netflix dan aplikasi lainnya, mereka tidak netral, karena mereka membawa nilai dan cara pandang yang membentuk selera dan prilaku. Menolak mentah-mentah berarti juga menolak manfaatnya, seperti akses informasi atau peluang usaha. Tantangannya adalah membongkar relasi kuasa dibalik arus budaya ini: nilai apa yang dibentuk dan siapa diuntungkan dari definisi “keren” sebagai ponsel terbaru atau liburan mahal?
Fokusnya bukan sekedar “asing” vs “lokal”, tetapi dampaknya pada kehidupan warga. Budaya Betawi yang ramah dan guyub kini diuji oleh budaye konsumsi pamer di media sosial. Pertanyaan nya siapa yang diuntungkan dari tren ini, dan bagaimana agar kearifan lokal tetap relevan tanpa terseret individualisme konsumtif?
MEMBANGUN WACANA KRITIS:
Kompas Vs Benteng