BANJARMASIN, Mediakarya – Pakar Kesehatan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan penularan virus flu burung seakan menjadi bom waktu yang harus diantisipasi agar tidak menjadi ancaman serius sebagai bencana kesehatan.

“Pencegahan terhadap meluasnya kasus flu burung ini sangat penting sehingga edukasi kepada kelompok yang berisiko tinggi dan masyarakat pada umumnya perlu digalakkan,” kata dia di Banjarmasin, Kamis.

Syamsul menyebut Organisasi Kesehatan Dunia “World Health Organization” (WHO) menyoroti kembalinya kasus flu burung pada manusia menyusul meninggalnya seorang anak perempuan berusia 11 tahun di Kamboja akibat virus penyebab flu burung.

Meski begitu, menurut laporan WHO potensi transmisi manusia ke manusia masih sangat rendah.

Kasus flu burung juga ditemukan di Kalimantan Selatan berdasarkan laporan tanggal 28 Februari 2023 dilaporkan 30 ekor unggas positif flu burung dari 80 unggas yang dilakukan pemeriksaan swab trakea yang merupakan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) Sub Tipe H5N1 Clade 2.3.4.4b. Namun jenis virus yang ditemukan di Kamboja merupakan subtipe 2.3.2.1c, berbeda dengan yang ditemukan di Indonesia.

Syamsul menjelaskan flu burung penyakit menular yang disebabkan virus influenza tipe A (H5N1) dan ditularkan oleh unggas.

Oleh karena itu, beberapa faktor determinan kasus penyakit menular termasuk flu burung yang harus dipahami masyarakat dengan menggunakan segitiga epidemiologi yaitu interaksi antara host (pejamu), agent (penyebab) dan environment (lingkungan).