KOTA BEKASI, Mediakarya – Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kelas D Teluk Pucung, Kota Bekasi, Jawa Barat, dituding tidak mengedepankan keselamatan pasien.
Hal tersebut menyusul dengan adanya keluhan dari salah satu keluarga pasien yang mengaku mendapatkan perlakuan kurang baik dari pihak rumah sakit.
“Saya kira rumah sakit pemerintah mah bagus, tapi malah mengecewakan seperti ini,” ujar keluarga pasien kepada mediakarya.id melalui voice note WhatsApp, Ahad (8/6/2025).
Adapun kekecewaan terhadap pelayanan di RSUD Kelas D Teluk Pucung bermula pada Senin (2/6/2025) sekitar pukul 20.11 WIB. Saat itu, anak dari pasien bernama N.S. Bachriah membawa ibunya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD.
“Karena melihat kondisi mama saya yang lemas, bahkan berjalan pun harus dituntun, turun dari mobil pun kita minta kursi roda. Lalu di ruang IGD, mama saya disuruh berbaring dan langsung berhadapan dengan dokter,” cerita sang anak.
Setelah itu, dokter langsung menyampaikan hal yang dinilai tidak pantas oleh keluarga pasien. “Dokter bilang, Maaf ya bu, ini sebelumnya dikasih tahu dulu, pembayarannya jika dirawat dapat dicover dengan BPJS, tapi kalau tidak dirawat, tidak dicover dengan BPJS,” ungkap sang anak.
Menurutnya, perkataan tersebut sangat tidak pantas karena disampaikan di awal sebelum pemeriksaan dilakukan. “Emang pantas, di IGD dengan perkataan seperti itu? Saya bilang tinggal cek lab (laboratorium), ya sudah gak papa kami bayar cash,” kata dia.
Akhirnya dilakukan pengambilan sampel darah dalam kondisi pasien belum diinfus. “Darah diambil untuk cek laboratorium, terus saya tanya, ini gak diinfus, Sus?” cerita sang anak.
Menurut sang anak, dokter menjawab dengan nada tinggi. “Tidak semua penyakit harus diinfus, gitu jawabnya. Gak pantas kan, karena saya gak tahu, makanya saya nanya. Bisa gak sih ngomong baik-baik,” ungkapnya kesal.
Setelah pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium, hasil laboratorium menunjukkan kondisi pasien cukup bagus sehingga tidak perlu dirawat. Pihak keluarga pun kemudian melakukan pembayaran secara cash dan mengambil obat di farmasi sebelum bersiap pulang.
Setelah mengambil obat, sang anak melihat ibunya hanya sendirian di ruang IGD tanpa ada satu orang pun yang mengawasi. “Ada pasien baru datang anak kecil, itu juga pas mama saya mau pulang,” katanya.
Kekecewaan kembali berlanjut ketika pasien hendak pulang tanpa pemeriksaan ulang dari pihak rumah sakit. Setiba di rumah, keluarga baru menyadari bahwa jarum suntik masih menempel di tangan si ibu. “Sampai di rumah baru ngeh, karena mau ke kamar mandi itu udah berdarah, terpaksa dicabut sendiri di rumah,” ungkap sang anak.
Atas kejadian tersebut, sang anak kemudian menelepon kembali ke RSUD untuk mengonfirmasi kejadian tersebut. “Kenapa pelayanannya seperti itu? Memang jarumnya harusnya dicopot di mana? Di rumah atau di IGD-nya?” tanya dia kepada pihak rumah sakit.
Dari seluruh peristiwa yang dialami, keluarga pasien merasa sangat kecewa dengan kualitas pelayanan di RSUD Kelas D Teluk Pucung, Kota Bekasi. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan serius tentang standar pelayanan di fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah tersebut.
Hingga berita ini ditulis, belum ada keterangan resmi dari pihak RSUD Kelas D Teluk Pucung terkait keluhan yang disampaikan keluarga pasien. (Pri)