“Kepedulian masyarakat sangat dibutuhkan. Sehingga kebudayaan Betawi, seperti ondel-ondel dan kebudayaan lainya bisa terjaga hingga generasi mendatang,” paparnya.
Ketua Antara Lembaga FORKABI Jaksel
yang juga Kepala Badan APMD, Taufik Hidayat menyoroti perlunya kelestarian budaya Betawi lewat peran serta masyarakat. Ruang terbuka hijau, yang berada di tengah masyarakat bisa dimanfaatkan dalam membangun intelektual masyarakat.
“Jadi tidak melulu ruang terbuka hijau, sepeti hutan kita hanya digunakan untuk berolah raga atau kegiatan yang sifatnya komersil. Justru kita berharap bisa dijadikan sarana untuk pengembangan budaya Betawi di Jakarta. Seperti menampilkan pagelaran ondel-ondel, tanjidor, rebana hingga menjajakan makanan dan minuman khas Betawi seperti bir pletok dan lainya oleh masyarakat Jakarta,” katanya.
Sisi positif yang bisa dihasilkan, pengembangan UMKM di tengah masyarakat.”Bisa dikatakan menyelam sambil minum air, karena dengan menjajakan makanan khas Betawi, akan membangun masyarakat dalam hal ekonomi kreatif,” jelasnya.
Ironisnya, adanya usulan agar ruang terbuka hijau bisa dimaksimalkan untuk pelestarian kebudayaan Betawi. Justru pada kenyataanya masyarakat RW 04, Sukapura sulit menggunakan hutan kota di RW 04 untuk kepentingan masyarakat.