Bahkan, lanjut dia, dramaturgi memainkan narasi konstitusi dan lembaga demokrasi untuk melanggengkan kekuasaan dengan cara mengkhianati reformasi dan membunuh demokrasi lewat wacana penundaan pemilu dan perpanjangan tiga periode masa jabatan presiden.
“Pada momentum itulah, gerakan mahasiswa post-milenial 11 April 2022 sangat kuat nilai konsolidasinya bagi upaya penyelamatan demokrasi dan 18 tuntutan gerakan mahasiswa yang belum tuntas terjawab oleh Presiden Joko Widodo hingga saat ini adalah spirit perjuangan demonstrasi,” ujarnya.
Ia menjelaskan unjuk rasa pada 11 April 2022 bukanlah akhir, tapi justru awal bangkitnya konsolidasi untuk menyelamatkan demokrasi dan panjang umur gerakan mahasiswa.(qq)