JAKARTA, Mediakarya – Penyampaian visi misi calon kepala daerah Kota Bekasi nomor urut 3 Tri Adhianto-Harris Bobihoe dalam acara debat calon kepala daerah Kota Bekasi yang disiarkan langsung di Kompas TV, dinilai hanya penjabaran program yang pernah dilaksanakan di ere kepemimpinan sebelumnya.
Dalam penyampaian visinya, pasangan nomor urut 3 yang diawali oleh Tri Adhianto menggunakan tagline “Bekasi Keren” kota yang nyaman dan sejahtera warga masyarakatnya.
Tri menyebut soal perluasan kebijakan publik, layanan masyarakat, perluasan tenaga kerja dan kemudahan berinvestasi, kemudian koordinasi dalam rangka pemantapan pemerintahan Kota Bekasi.
Selain itu, dalam 5 tahun ke depan angka pengangguran kurang dari 7 persen, dan kenaikan pendapatan perkapita Rp65 juta per tahun, kenaikan IPM 85 dan stabilisasi ekonomi 65 persen dan menahan inflasi antara 3 sampai 3,5.
Namun sejumlah kalangan menilai pemaparan visi yang disampaikan Tri Adhianto maupun Harris Bobihoe tidak ada yang baru, dan hanya “menyontek” visi misi dan program kerja di era kepemimpinan Rahmat Effendi.
Selain itu, kalimat “terkait dengan” yang kerap kali diucapkan oleh Tri Adhianto saat penyampaian visi misinya di depan panelis menandakan bahwa dirinya tak menguasai panggung.
“Padahal, (Tri Adhianto) sendiri, saat penyampaian paparan visi misinya memegang kertas contekan, tapi kalimat “terkait dengan” beberapa kali disampaikan oleh Tri,” ujar pemerhati sosial Nurul Yuliana kepada Mediakarya, di Jakarta, Jumat, (1/1/2024).
Nurul juga menyoroti soal perluasan lapangan kerja dan koordinasi dalam rangka pemantapan pemerintahan Kota Bekasi.
Menurut Nurul, di saat Tri menjabat Plt Wali Kota maupun Wali Kota definitif, cenderung tidak ada gejolak, karena memang di era Wali Kota Rahmat Effendi dinilai cukup bagus dalam memberi kepastian hukum terhadap iklim investasi.
“Artinya, penyampaian visi pasangan Tri-Harris cenderung lebih banyak copy paste dari program yang pernah disampaikan di ere kepemimpinan Rahmat Effendi. Jadi apa yang tagline Bekasi Keren saya rasa kurang tepat. Karena tidak ada hal yang baru,” katanya.
Selain itu, Nurul juga menyikapi pernyataan Tri soal koordinasi dalam rangka pemantapan pemerintahan Kota Bekasi. Bagi Nurul, apa yang disampaikan Tri itu merupakan realita yang sesungguhnya.
“Bahwa saat pemerintahan Tri memang hubungan antar-dinas (OPD) kerap terjadi disharmonisasi. Tidak hanya itu, kekecewaan pegawai khususnya bagi tanaga kerja honorer dengan kepala daerahnya saat itu juga masih menyisakan persoalan. Di antaranya terkait pemotongan gaji,” ungkap Nurul .
Secara umum, Nurul menilai penyampaian visi misi pasangan Tri-Harris tidak mewakili kepentingan masyarakat Kota Bekasi yang menginginkan suatu perubahan yang signifikan.
“Sebab apa yang disampaikan Tri itu merupakan visi misi yang pernah dilakukan di era pemerintahan Pepen,” pungkasnya.