“Bukan menonjolkan identitas, melainkan program kerja dan gagasan, serta menjaga semangat inklusivisme,” ujar Fathul saat peluncuran Kantor The Conversation Indonesia (TCID) di Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Kamis.
Menurut Fathul, tidak ada definisi tunggal untuk menerjemahkan istilah politik identitas.
Namun, secara umum, kata dia, politik identitas dikaitkan dengan agenda, aksi, aktivisme politik yang di dalamnya berisi anggota kelompok berbasis identitas, mengorganisasi, dan memobilisasi diri untuk melawan ketidakadilan yang dialami karena struktur, sistem, dan praktik yang hegemonik.
Fathul menuturkan pelacakan literatur menemukan, bahwa ketika lahir pada 1970-an di Amerika, politik identitas merupakan gerakan untuk melawan ketidakadilan.
“Sebagai contohnya adalah perjuangan perempuan kulit hitam di Amerika yang saat itu menjadi warga kelas dua, di bawah penindasan kulit putih,” ujar dia.