Ia menyampaikan pula jika bangsa Indonesia memberikan ruang besar bagi politik identitas dengan menganggap hal tersebut adalah sesuatu yang sah dan wajar di tengah pesta demokrasi, tindakan itu berpotensi mengancam keberadaan kebinekaan dan memundurkan konsolidasi demokrasi.
Menurut Halili, masyarakat Indonesia sudah seharusnya belajar untuk berkembang dalam menghadirkan pemilu berkualitas, sehingga para calon presiden dan calon wakil rakyat lebih mengedepankan visi, misi, dan program mereka agar bisa membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju di dunia.
“Dibandingkan menggunakan politik identitas, lebih baik masyarakat harus melihat visi dan misi pemimpin politiknya, sebab politik identitas dapat memecah belah bangsa Indonesia,” kata dia.