Selain itu, Varel juga menyoroti soal organisasi FIS yang dinilai berhasil dapat menjebol kandang banteng (PDI-P) di Jawa Tengah maupun kantong-kantong suara yang selama ini dikuasai oleh partai nonparlemen.
“Saya melihat FIS ini bekerja silent opreration. Jadi sulit dipantau oleh partai lain, bahkan internal partai golkar sendiri jangan-jangan tidak mengetahuinya. Pola kerja seperti ini tentu menjadi model di era perkembangan demokrasi saat ini. Kami menilainya hanya Golkar dan PKS yang memiliki kemampuan seperti itu,” ujar mantan aktivis 98 ini.
Varel juga menilai bahwa FIS berhasil membantu menaikan elektabilitas Golkar. Pasalnya, berdasarkan rilis dari sejumlah lemba survei satu bulan jelang pelaksanaan pemilu, Golkar ditempatkan di posisi keempat.
“Berdasarkan rilis dari sejumlah lembaga survei terkemuka satu bulan jelang pemilu, golkar berada urutan keempat. Namun faktanya pileg 2024 ini memposisikan golkar pada urutan kedua dan hanya terpaut satu persen dari PDIP. Realitas politik golkar ini mematahkan hasil survei. Kami menduga keberhasilan golkar ini tak lepas dari kinerja para loyalis golkar dan kelompok silent opration,” pungkas Varel.
Seperti diketahui, peran penting Formasi Indonesia Satu di Jawa Tengah menjadi faktor penentu. Pasalnya, selain membantu partai Golkar di Jawa Tengah dalam meningkatkan suara. FIS juga mampu memenangkan Prabowo-Gibran di Jawa Tengah.