Para pengunjung pun merasakan kebahagiaan bisa mengetahui lebih banyak tentang sejarah menstruasi. Pameran tersebut menerima umpan balik yang positif.
Setelah penutupan ini, Florence Schechter selaku pendiri museum mengatakan bahwa sampai Museum Vagina menemukan tempat baru untuk disewa, pihaknya akan mengoperasikan museum secara online.
“Kami akan bertindak seolah-olah itu adalah pandemi, Itu memberi kami banyak latihan tentang cara beroperasi tanpa ruang fisik. Melakukan banyak hal secara online atau menggelar acara secara online,” ujar Florence.
Ini bukanlah pertama kalinya Museum Vagina digelar secara online, bahkan sebelum memiliki tempat fisik di Camden. Museum Vagina setidaknya mencatat kunjungan sekitar 4 juta pengunjung online setiap bulannya. Hanya saja, kini pengunjung tidak bisa datang langsung ke museum untuk sementara waktu.(HDS)