Menuju Generasi Emas 2045, FIA UI Apresiasi GenRe Kota Depok Lewat “Stunting Warrior”

Stunting Warrior
FIA UI dan GenRe Kota Depok gencar kampanyekan program Stunting Warrior

Dukungan serupa disampaikan Nessi Annisa Handari, Kepala DP3AP2KB Kota Depok. “Stunting adalah investasi masa depan. Dengan menjadikan remaja sebagai ‘Stunting Warrior’, pengetahuan tentang gizi seimbang dan pola hidup sehat akan menyebar dengan cepat di komunitas mereka, menciptakan efek multiplikasi,” ujarnya.

Remaja Sebagai Ujung Tombak Perubahan

Program ini dirancang untuk melampaui teori, dengan fokus pada pembentukan kader yang aktif dan terampil. Sebagai fondasi, lebih dari 1.300 remaja di Kota Depok telah mendapat edukasi dasar dari Forum GenRe. Program Stunting Warrior akan memperkuat peran mereka melalui empat misi inti:

1. Meningkatkan Kesadaran tentang hidup sehat dan pemilihan makanan bergizi.
2. Memperdalam Pengetahuan mengenai stunting, gizi, dan pencegahan anemia.
3. Mengasah Keterampilan sebagai fasilitator dan advokat isu gizi.
4. Merancang Aksi Nyata untuk menciptakan perubahan di komunitas masing-masing.

Suara Generasi: Duta Remaja Siap Memimpin

Semangat perubahan ini digaungkan langsung oleh perwakilan remaja. Roidah A’isyi Shofwah Duta GenRe Kota Depok 2024 yang merupakan Mahasiswa UPN Veteran yang berdomisili di Depok, menyatakan, “Kami punya energi dan cara kami sendiri. Lewat Stunting Warrior, kami belajar melawan stunting dimulai dari diri sendiri, lalu mengedukasi teman sebaya. Ini bukti bahwa suara dan aksi kami dianggap penting untuk Indonesia yang lebih sehat.” M. Farhan Alderizi yang melakukan edukasi di SMA 6 Depok, menambahkan dengan semangat, “Lawan stunting itu keren! Kami ingin jadi bagian dari solusi dan siap menjadi influencer kesehatan di sekolah dan komunitas kami.”

Strategi Menuju Indonesia Emas 2045

Program ini merupakan langkah konkret menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Rachma Fitriati, Dosen FIA UI, menjelaskan, “Stunting masih menjadi tantangan terbesar untuk mencapai sumber daya manusia yang optimal. Bonus demografi tidak akan bermakna tanpa kualitas generasi muda yang sehat dan cerdas.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *