Rekrutmen KPK: 5 Tahun Pengalaman “Relevan”? Relevan Buat Siapa?

Gedung KPK RI, (Foto: Mediakarya)
  1. Matriks kompetensi tiap jabatan.
  2. Sistem poin yang menilai impact pekerjaan.
  3. Mekanisme rekognisi pengalaman non-struktural (seperti investigasi kolaboratif, atau advokasi publik).
  4. Assessment-nya jangan administratif.
  5. Gunakan model FBI & ICAC: simulasi kasus, tes integritas berbasis stres, dan uji kepemimpinan di bawah tekanan.

“Kalau koruptor mainnya di dunia digital, masa penyidiknya masih disaring pakai SK dan lamanya masa kerja?”

KPK excellence framework, versi IAW

Dalam model ideal, pengalaman relevan dinilai dengan proporsi seimbang yakni 40% kompetensi teknis, 40% integritas & kepemimpinan, 20% kecocokan budaya dan visi lembaga.

Lima tahun tetap baseline, tapi bukan segalanya. Karena tiga tahun pengalaman ber-impact tinggi lebih berharga daripada lima tahun yang hanya rutin menandatangani disposisi.

Penutup

Jadi, ketika KPK bilang calon pejabatnya harus punya “pengalaman relevan lima tahun”, publik berhak bertanya balik, “Relevan buat siapa? Untuk pekerjaannya, atau untuk kenyamanan sistemnya?”

Kalau KPK benar-benar ingin menegakkan integritas, maka “relevan” harus bermakna, relevan dengan tantangan zaman, bukan sekadar lamanya masa kerja. Sebab korupsi hari ini tidak menunggu lima tahun untuk beradaptasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *