Menurut SGY konstelasi tersebut menunjukkan bahwa dukungan politik dalam Pilkada dapat bergeser dengan cepat, sehingga hasil Pilpres tidak selalu menjadi patokan mutlak.
“Pertarungan antar-koalisi, kepentingan partai, dan daya tarik masing-masing pasangan calon akan menjadi faktor penentu dalam hasil akhir Pilkada,” bebernya.
Kemudian dari hasil survei yang dirilis akhir-akhir ini, mayoritas menunjukkan bahwa tidak ada pasangan calon yang mampu menembus angka 51% secara konsisten, kecuali hasil Poltracking yang menunjukkan elektabilitas Ridwan Kamil di angka 54,8%. Namun, hasil mayoritas survei mengindikasikan bahwa Pilkada Jakarta akan berlangsung dalam dua putaran.