KOTA BEKASI, Mediakarya – Dampak pandemi Covid-19 ternyata mendistorsi seluruh aspek kehidupan masyarakat baik ekonomi, sosial dan politik.
Bambang Istianto, selaku Pengamat Kebijakan Transportasi Publik mengatakan, terkait hal tersebut sektor transportasi mengalami distorsi yang paling parah, yaitu mencapai 80 persen bahkan banyak operator yang gulung tikar.
“Misalnya, operasi bus Trans Jakarta menurun 15 persen, tetapi biaya pengeluaran mencapai 80 persen. Padahal transportasi publik merupakan pemicu pertumbuhan kegiatan ekonomi masyarakat,” tegasnya, Sabtu (16/10/2021).
Namun, tata kelola transportasi publik yang belum efektif sehingga biaya transportasi terbilang tinggi, yaitu 25 persen sampai 30 persen mengakibatkan demand masyarakat masih rendah.
“Artinya, masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi terutama sepeda motor dalam melakukan mobilitas sosialnya,” ujarnya.
Perilaku masyarakat yang lebih suka menggunakan kendaraan pribadi, saat ini kepemilikan kendaraan roda dua di Indonesia telah menembus angka 133 juta unit. Padahal sepeda motor rentan dengan kecelakaan lalu lintas.
Dalam kurun waktu tahun 2018 dari data 198.457 kejadian laka lalin 73.499 persen diakibatkan dari sepeda motor. Fenomena booming sepeda motor di Indonesia yang membanjiri jalan raya disamping polusi udara meningkat juga menimbulkan kemacetan lalu lintas dihampir pelosok tanah air.