Kedua, level masyarakat atau keluarga yang juga membutuhkan strategi pengetatan pengeluaran sekaligus upaya peningkatan pendapatan.
Keluarga, terutama kalangan menengah lapis bawah, harus berpikir kembali memanfaatkan fasilitas publik (pendidikan, kesehatan, transportasi) untuk kegiatan sehari-hari.
Sebagai contoh, fasilitas pendidikan gratis di sekolah negeri di setiap level dapat dimanfaatkan agar biaya sekolah di swasta dapat digunakan untuk tabungan, investasi, atau kursus tambahan.
Banyak gejala masyarakat menengah lapis bawah yang pendidikan tinggi anaknya terkendala karena biaya pendidikan anak terkuras di level sekolah dasar dan menengah yang membengkak karena memilih di sekolah swasta berbiaya mahal.
Dikabarkan dari antara, upaya meningkatkan pendapatan juga dapat dilakukan dengan membuka peluang pendapatan dari segala sumber yang tentu harus legal dan halal.
Pencarian sumber pendapatan baru dapat didekati dari hobi, disiplin ilmu yang dikuasai, maupun komunitas sosial.
Pencarian sumber pendapatan baru juga idealnya dilakukan bersama-sama untuk berbagi ide, waktu, serta tentu risiko.
Beberapa perusahaan swasta bahkan mulai memanfaatkan semangat kewirausahaan para pegawainya. Di masa lalu pegawai non-pemasaran dilarang memasarkan produk perusahaan.
Di saat pandemi kebijakan perusahaan justru memfasilitasi pegawai untuk menjual produk perusahaan secara legal. Saat pandemi juga mendorong tren baru bahwa semua pegawai adalah tim pemasaran agar roda perusahaan tetap berjalan.
Tentu kesempatan berwirausaha yang didukung oleh perusahaan membuat pegawai lebih terbuka untuk mendapat peluang dan sumber pendapatan baru secara legal. Upaya perusahaan untuk menopang ekonomi perusahaan dan keluarga itu dapat diteruskan di tengah penyesuaian harga BBM saat ini.