Dalam webinar transisi energi di sektor kelistrikan Hawaii yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM bersama United States Agency for International Development (USAID) dan The Hawai’i Natural Energy Institute (HNEI), hari ini, Indonesia belajar dari kisah sukses Hawaii dalam transformasi energi karena Indonesia dan Hawaii memiliki kesamaan geografis yaitu banyak pulau yang tersebar dan isolated grids.
Senda menyampaikan bahwa pencapaian Hawaii terhadap transformasi energi dengan memanfaatkan energi angin dan matahari tidak lepas dari dampak biaya energi terbarukan variabel yang terjangkau dan kompetitif.
Menurutnya, hal ini bisa menjadi pendekatan yang relevan untuk diterapkan sebagai program pengurangan pembangkit listrik diesel di wilayah tertentu yang tetap memanfaatkan bahan bakar minyak, seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), atau wilayah lain yang masih menggunakan gas seperti Batam.
Dikutip dari antara, penerapan konsep transformasi dari energi fosil ke energi baru terbarukan tidak hanya meningkatkan bauran energi terbarukan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi biaya pokok penyediaan listrik. Namun, penetrasi VRE yang besar seperti sistem di Hawaii yang mencapai 30 persen akan dihadapkan tantangan baru terhadap keandalan sistem.