Pemeritah Diminta Ciptakan Pertumbuhan Ekonomi Produktif Di Tengah Pandemi

“Sayangnya, penggunaan internet Indonesia masih tergolong rendah di ASEAN, di bawah 50 persen dari total individu. Internet server per 1 juta orang masih di bawah Vietnam dan jauh di bawah Malaysia,” beber dia.

Sementara itu Ekonom Senior INDEF Drajat Wibowo, berpendapat bahwa dari sisi elastisitas kesehatan publik dan ekonomi kesehatan, elastisitas produksi kesehatan (indicator 0 – 1) dapat dipakai sebagai salah satu kriteria untuk mengetahui apakah pembatasan sosial PPKM atau lainnya bisa dilonggarkan.

Pelonggaran bisa dilakukan bila angkanya kurang dari 1 dan risiko re eskalasi rendah. Jika lebih dari 1 maka pelonggaran tidak direkomendasikan.

Menurut dia, pandemi dan PPKM sangat memukul ekonomi rumah tangga dari rakyat berpengahsilan harian. Hal itu karena jumlah orang yang bergantung kepada penghasilan harian baik formal ataupun non formal sangatlah besar.

Berdasarkan data BPS bahwa jumlah pekerja pada Agustus 2020 adalah 128,45 juta angkatan kerja. Sejumlah 77,67 juta (60,47 %) diantaranya adalah pekerja informal, baik pertanian maupun non pertanian. Dari pekerja formal, 27,48 juta di manufaktur dan sebagian besar mereka menerima upah harian.

“Karena itu, sebelum covid 19 teratasi, dalam arti menjadi penyakit yang mudah diobati (seperti flu biasa) melalui vaksinasi dan/atau ditemukan obat-obatan dan perawatan preventif medis atau kuratif, maka program perlindungan sosial (Perlinsos) amat sangat krusial. Dia harus berada dalam jantung program penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi,” tegasnya.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *