Oleh: Abi Kholil Asubki (Ketua Laskar Fiisabilillah Indonesia-LFI)
SUKABUMI, Mediakarya – ‘Beri aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia’, merupakan ungkapan Bung Karno yang memiliki pesan mendalam betapa pentingnya peran pemuda bagi kemajuan bangsa. Karena usia muda merupakan fase pertumbuhan ketahanan mental dan fisik manusia.
Posisi pemuda dalam Islam sendiri sangat penting. Kata ‘pemuda’ dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Rajan Dikyanus untuk menyembah berhala. Kisah 7 pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kata ‘fityah’ (para pemuda), sebagai berikut: نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى Artinya, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. Al-Kahfi [18]: 13)
Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan bahwa pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy. (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [2000], juz IX, halaman 109).
Tantangan zaman tentu sudah berbeda dengan zaman dulu. Indonesia saat ini mengalami pasang surut problematika masalah ekonomi, sosial, keadilan hukum, korupsi, dan berbagai praktik amoral yang menghambat pembangunan.
Sumber daya ekonomi Indonesia yang besar saat ini nyatanya tak tersebar merata. Masalah lain yang banyak dihadapi angkatan muda yakni banyaknya pengangguran. Idealnya Indonesia dengan sumber daya alam dan peluang ekonomi yang besar, seharusnya mencukupi untuk kebutuhan lapangan kerja.
