JAKARTA, Mediakarya – Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah menilai perkembangan dan konfigurasi politik di Jakarta makin menarik untuk diikuti.
Hal tersebut dikatakan Iskandar menanggapi peta kekuatan di tingkat Grassroot dari 3 calon kepala daerah (cakada) Daerah Khusus Jakarta (DKJ) itu yang dinilai konfigurasi politiknya makin dinamis.
“Analisa saya Pramono Anum – Rano Karno dan Dharma Pangrekun – Kun Wardana mempunyai potensi memperoleh suara yang maksimal di Pilkada Jakarta,” kata Iskandar kepada Mediakarya, Selasa (24/9/2024).
Namun demikian, kata Iskandar, meski hampir semua lembaga survei mengunggulkan elektabilitas pasangan Ridwan Kamil (RK)-Siswono, ETOS justru memprediksi terbalik, bahwa pasangan ini akan terjun bebas.
Lebih lanjut, kata Iskandar, meski pasangan RK-Sis didukung lebih dari 10 partai politik, namun mesin politiknya dinilai tidak akan bekerja dengan maksimal.
“Analogi saya kalau penyanyi dangdut dipanggung penggemarnya naik ke panggung semua saya yakin panggungnya akan ambruk,” ungkapnya.
Iskandar menyebut bahwa hanya tiga partai politik besar yang mesin partainya bekerja maksimal, yakni PDIP, Golkar dan PKS.
“Akan tetapi di Jakarta Golkar dan PKS tak akan bisa maksimal bekerja untuk pasangan RK-Siswono, Golkar sedang dirundung masalah pasca ketumnya mundur mendadak, ini pastinya bergolak di internal partai tersebut dan pastinya mempengaruhi mesin parpol tidak bekerja maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, PKS juga dinilai bakal mengalami nasib sama. Dimana setelah partai berbasis agamis itu lepas mendukung Anies Baswedan, para kader dan simpatisan PKS berbondong-bondong meninggalkan partainya.
“Ditambah history RK dengan Jakmania yang tak mudah dipulihkan cepat. Kami menilai hanya PDIP lah yang saat ini punya mesin politik yang bekerja maksimal memenangkan calonnya di Pilkada Jakarta,” sebut dia
Sementara, calon independent dinilai memiliki kesempatan memenangkan Pilkada Jakarta, di tengah tingkat kepercayaan masyarakat kepada partai politik yang makin menurun.
“Kita lihat bersama, politik kita adalah politik pragmatis, apakah Jakarta juga dapat berbalik arah masyarakatnya karena politik pragmatis atau sebaliknya yang pragmatis dibuat tak berdaya di Jakarta,” ungkapnya.
Menurut Iskandar, kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi. Oleh karenanya ia berharap agar pilkada serentak di seluruh Indonesia itu berjalan kondusif dan tetap aman.
“Sudah cukup lah aparat kita menjaga tak kenal lelah dari pra pileg pilpres, hingga pasca pileg pilpres dan sekarang dilanjut pilkada serentak di hampir 38 provinsi di Indonesia,” tutup Iskandar.