Birokrasi menurutnya hanya organ kecil tempat pegawai diuji. Mungkin tak sampai disini, boleh jadi hingga pintu istana, seperti para pendahulunya. Ia belajar pada siapa saja. Termasuk pola kepemimpinan militer, polisi, sipil, hingga swasta. Semua punya kelebihan dan kekurangan. Tinggal bagaimana mengadaptasi.
Semua itu bertujuan memahami perilaku guna memudahkan cara kita bersentuhan mencapai tujuan kolektif. Kali ini Ia dipercaya Mas Pram dan Bang Doel memandu birokrasi dilingkungan pemerintahan paling bergengsi, eks Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ia dirigent bagi 46.404 ASN.
Ia mesti pintar mewadahi arus utama Nawa Cita dan Visi Pak Gub. Pengembangan Jakarta sebagai Kota Global. Memahami garis pantai reklamasi hingga perbatasan sepanjang Pantura. Meletakkan nasionalisme lewat jalinan pertumbuhan kota tanpa dominasi oligarki, tapi milik semua. Milik Republik Indonesia untuk keadilan sosial.
Semua kerja itu tak mudah. Butuh keseriusan, kesabaran, nyali, dan kemampuan menjinakkan kepentingan disana-sini. Perlu relaksasi dihadapan orang-orang yang merasa besar kepala karena harta, jabatan, dan popularitas. Butuh keberanian bernegosiasi, membangun kehangatan di hulu sampai hilir kaum Betawi. Butuh sosialita yang menyentuh semua.
