JAKARTA, Mediakarya – Rektor Universitas Paramadina, Prof. Didik J. Rachbini menyoroti pentingnya perspektif diversifikasi gender dalam kepemimpinan.
Hal tersebut diungkapkan Prof. Didik saat webinar Series Program Kepemimpinan Profetik 2024, The Lead Institute Universitas Paramadina, Yayasan MaHa Indonesia, dan Pratita Foundation menggelar diskusi bertema “Perempuan dan Kepemimpinan” pada Senin (2/12/2024
“Realitas dunia ini diisi oleh laki-laki dan perempuan. Jika hanya perspektif laki-laki yang dominan, perempuan akan teralienasi. Hal ini berbahaya bagi tatanan sosial,” ungkapnya.
Ia juga menekankan pentingnya peran perempuan dalam kepemimpinan, terutama dalam meningkatkan kinerja organisasi dan keberhasilan pendidikan generasi mendatang.
Namun, Prof. Didik juga menggarisbawahi hambatan yang sering dialami perempuan, seperti diskriminasi gender dan beban ganda dalam kehidupan sehari-hari.
Dr. Suratno Muchoeri, Ketua The Lead Institute, menekankan bahwa keadilan gender adalah perjuangan panjang yang terus berlanjut. Ia menguraikan empat aspek untuk mengukur kesetaraan gender: akses perempuan terhadap sumber daya, partisipasi dalam kepemimpinan, kontrol terhadap kekuasaan, dan kemanfaatan sosial. Meski kemajuan telah dicapai, masih terdapat tantangan berupa stereotip negatif dan keterbatasan kebebasan perempuan dalam masyarakat.
Dr. Phill. Dewi Chandraningrum yang merupakan Aktivis Perempuan dan Editor Buku Seri Ekofeminisme menyoroti peran perempuan dalam pengelolaan keluarga dan hubungannya dengan tanggung jawab negara.
“Jika ada anak yang stunting, biasanya ibu yang disalahkan, padahal itu tanggung jawab negara. Negara wajib mensejahterakan masyarakatnya,” tegasnya. Ia juga memaparkan hasil survei ILO yang menunjukkan kesadaran gender di kalangan pekerja laki-laki masih rendah.
Renata Bulan Siagian, Konsul Jenderal RI di Hamburg berbagi pengalaman sebagai diplomat perempuan. “Saat awal masuk Kemlu, jumlah perempuan sangat minim. Namun, kini penerimaan diplomat sudah berimbang, meski kepemimpinan perempuan di Kemlu masih terbatas,” ungkapnya. Ia juga membahas peran diaspora Indonesia di Hamburg, yang terus berkembang dalam pendidikan dan pekerjaan.
Donna Louisa Latif, Pengusaha dan Alumni PGSI Universitas Paramadina berbagi strategi kepemimpinan yang kolaboratif dengan laki-laki. “Perempuan perlu membangun kerja sama tanpa membuat laki-laki merasa terlampaui. Ini memang tidak mudah, tetapi penting untuk keberhasilan tim,” jelasnya.