Ahmad Syaikhu Maju Cagub Jabar, Etos Sebut Hanya Mimpi Basah di Siang Hari

Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah,

JAKARTA, Mediakarya – Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah menilai keputusan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu untuk maju sebagai calon gubernur Jawa Barat hanya membuang-buang waktu.

“Saya menilai keputusan Presiden PKS Ahmad Syaikhu untuk maju pada kontestasi pilgub Jabar hanya buang-buang waktu saja. Bahkan kami melihatnya hanya mimpi basah di siang hari,” kata Iskandar kepada Mediakarya, Kamis (5/9/2024).

Penilaian Iskandar bukan tanpa alasan, sebab partai yang kerap mengklaim sebagai partai dakwah itu justru praktiknya sangat transaksional. Oleh karenanya, terkait dengan Pilgub Jabar ia meyakini bahwa masyarakat sudah tak mempercayai pada partai yang dinilai “lain di muka lain di hati” itu.

“PKS hari ini saya melihatnya menjadi partai transaksional berkedok agama. Seperti perkara-perkara menjelang pilkada serentak banyak terjadi politik transaksional. Dan masyarakat saat ini sudah cerdas dan tak mau tertipu lagi dengan pola PKS yang kerap menjual tag line partai religius. Tapi faktanya tidak sesuai dengan kenyataan,” tegas Iskandar.

Dia juga menuding bahwa Ahmad Syaikhu adalah presiden PKS paling gagal sepanjang sejarah semenjak kelahiran Partai Keadilan (PK) karena tidak mampu menjaga konsolidasi parpolnya.

“Bagaimana di Pilgub Jabar ini Syaikhu mau mendapat simpati publik, khususnya para simpatisan, sikapnya yang pragmatis yang dilakukan oleh presiden PKS itu justru menambah muak bagi masyarakat,” tegasnya.

Oleh karena itu, Iskandar berpendapat bahwa majunya presiden PKS di pilgub Jawa Barat hanya menggugurkan syarat dan sebagai pelengkap semata. Sebab, baik lisan maupun perbuatannya tidak dapat dipertanggungjawabkan.

“Contoh Jakarta saja sudah jelas di depan mata kita semua, dari awal yang didorong-dorong untuk maju di pilgub Jakarta adalah Anies Baswedan, tapi diakhir waktu tiba-tiba loncat bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM), itu bukti bahwa parpol ini oportunis,” ungkapnya.

Tidak konsistennya PKS dinilai akan berefek kepada kader di bawahnya. Bahkan ribuan kader dan simpatisannya dikabarkan menyatakan diri untuk hengkang dari partai yang selama ini pernah menaunginya.

Kekecewaan kader dan simpatisan PKS saat ini dipastikan berdampak luas, sehingga akan mengancam suara partai pada pemilu mendatang.

“Dipastikan juga di 2029 suara PKS akan merosot tajam. Hari ini dikarenakan pimpinan-pimpinan mereka sudah tersandera juga,” ucapnya.

Iskandar juga menduga petinggi PKS saat ini lebih sibuk mengurus bisnis pribadinya dengan memanfaatkan jaringan partai, ketimbang mengurus umat dan simpatisannya yang selama ini memiliki andil besar dalam menjaga eksistensi partai.

“Kami menduga bahwa sejumlah petinggi PKS banyak sibuk bermain bisnis di berbagai sektor. Dari pertambangan, perkebunan, dan lain-lain guna memenuhi kantong pribadinya. Sementara umat yang selama ini dieksploitasi untuk mendongkrak suara partai dicampakkan begitu saja.

Untuk itu, dia menyarankan PKS tidak lagi mengambil tag line sebagai partai religius, karena pada hakekatnya partai PKS sudah menjelma jadi partai sekuler.

“PKS sudah seperti parpol nasionalis lainnya. Baik parpol yang katanya berideologi nasionalis maupun yang religius bagi saya sama. Tinggal hari ini  rakyat menilai sendiri, apakah rakyat masih percaya dengan pemain-pemain penipu rakyat atas nama parpol religius,” tutup Iskandar. (Pri)

Exit mobile version