Daerah  

Hari Kesaktian Pancasila: Ideologi Bangsa di Tengah Krisis Sosial-Politik Kontemporer

4. Krisis Moral dan Individualisme

Perkembangan teknologi digital di satu sisi mempercepat arus informasi, namun di sisi lain juga memperparah gejala individualisme dan polarisasi sosial. Hal ini mengikis nilai-nilai kemanusiaan dan solidaritas sosial yang menjadi inti dari sila kedua Pancasila.

Relevansi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

Di tengah krisis tersebut, Pancasila justru semakin relevan sebagai ideologi bangsa. Nilai-nilai Pancasila dapat diturunkan ke dalam praksis sebagai berikut:

• Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa → Mendorong kehidupan beragama yang inklusif, toleran, dan menghargai keberagaman iman.
• Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab → Mengedepankan keadilan sosial, anti-diskriminasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
• Sila Ketiga: Persatuan Indonesia → Menolak segala bentuk sektarianisme dan menguatkan identitas kebangsaan di atas kepentingan kelompok.
• Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan → Menuntut demokrasi yang substansial, bukan hanya prosedural, dengan mengedepankan kepentingan rakyat.
• Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia → Menjadi arah pembangunan nasional yang berpihak pada kesejahteraan rakyat, bukan sekadar pertumbuhan ekonomi yang dinikmati segelintir elit.

Peran Mahasiswa dan GMNI

Sebagai organisasi kader ideologis, GMNI memiliki tanggung jawab historis dan moral untuk menghidupkan Pancasila dalam praksis gerakan mahasiswa. GMNI berpijak pada ajaran Marhaenisme Soekarno yang berakar pada Pancasila sebagai ideologi kerakyatan. Dalam konteks ini, mahasiswa tidak cukup hanya menghafal sila-sila Pancasila, melainkan harus menjadikannya sebagai landasan perjuangan dalam membela kepentingan rakyat.

DPC GMNI Sukabumi Raya menegaskan tiga peran strategis mahasiswa dalam menghidupkan Pancasila:

1. Sebagai agen perubahan (agent of change) → Mengkritisi praktik politik dan kebijakan publik yang menyimpang dari nilai-nilai Pancasila.
2. Sebagai penjaga moral bangsa (guardian of morality) → Menjadi teladan dalam mengamalkan etika Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Sebagai kekuatan progresif (progressive force) → Mengorganisir rakyat untuk memperjuangkan demokrasi yang berkeadilan sosial.

Penutup

Hari Kesaktian Pancasila harus dipahami bukan hanya sebagai pengingat akan ancaman ideologi masa lalu, tetapi sebagai momentum kebangkitan ideologis untuk meneguhkan kembali relevansi Pancasila di tengah tantangan zaman. DPC GMNI Sukabumi Raya berkomitmen untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar ideologis dalam setiap gerakan mahasiswa dan perjuangan rakyat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *