Kader Senior Partai Golkar Mulai Bersuara, Desak Bahlil Segera Dilengserkan

Ketum Golkar Bahlil Lahadalia saat diwawancarai sejumlah awak media. (Ist)

JAKARTA, Mediakarya – Desakan Musyarawah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dalam rangka mendongkel posisi Bahlil Lahadalia sebagai Ketua Umum Partai Golkar saat ini terus bergulir.

Meski sejumlah elit di DPP Golkar membantah wacana Munaslub tersebut, namun desakan kuat dari akar rumput partai berlambang pohon beringin itu terus menguat dan mendesak Bahlil Lahadalia segera dilengserkan.

Salah satu kader senior Partai Golkar Jawa Barat yang enggan disebut identitasnya mengaku pascakepemimpinan Bahlil, Marwah Golkar kian terpuruk.

Terlebih, saat proses suksesi Airlangga Hartarto ke Bahlil Lahadalia saat itu, diwarnai penuh intrik dan intervensi hukum dari penguasa, yang berujung mundurnya Airlangga dari kursi Ketum.

“Jujur saja, akar rumput banyak yang menghendaki adanya Munaslub. Sebab posisi Bahlil saat ini dinilai hanya sekedar titipan Jokowi,” ujar sumber Mediakarya itu, Kamis (7/8/2025).

Padahal saat itu, kata dia, masih banyak kader senior yang berintegritas dinilai mampu menahkodai Golkar.

“Namun karena ada intervensi dari penguasa saat itu, maka seluruh kader suka atau tidak suka dengan terpaksa harus memilih Bahlil secara aklamasi,” ungkapnya

Sementara itu, kader senior partai Golkar Ridwan Hisjam mengakui bahwa adanya dorongan Munaslub dari kader di lapangan.

Dasarnya, para kader teritorial menemukan adanya penurunan suara terhadap Golkar melalui kirka (kajian dan perhitungan) suara yang digelar rutin.

“Banyak (dorongan munaslub) karena kader di bawah merasa suara terhadap Golkar berkurang, kader-kader di bawah itu rutin membuat kirka atau menghitung suara Partai Golkar di desa-desa,” kata Ridwan seperti dikutip dari detik.com.

“Nah mereka tahu bahwa pemilu hari ini suara kita turun, maka muncullah suara ketidaksenangan dan minta munaslub dari daerah-daerah. Jadi sejak Pak Bahlil menjadi Ketum, kirka turun jadi muncullah dorongan munaslub,” tambahnya.

Ridwan sendiri tidak bisa menilai bagaimana kepemimpinan Bahlil sejauh ini di Golkar. Ia mengatakan tiap orang pasti memiliki karakteristik kepemimpinan yang berbeda-beda.

“Bahlil itu junior dan anak didik saya di HMI, pada saat dia masih mahasiswa dia selalu ke kantor saya, rutin tiap minggu. Saya tidak bisa menilai apakah baik atau tidak, karena pemimpin ada masanya, masa sekarang ini adalah masa Pak Bahlil dengan ciri kepemimpinannya sendiri,” ujarnya.

Ridwan meminta jajaran pengurus DPP Golkar terbuka dan tidak menutup-nutupi adanya dorongan munaslub dari kader. Ia menilai munaslub dalam Golkar adalah hal yang biasa.

“Saya minta pengurus DPP Partai Golkar harus terbuka, besar hati dikritik kader desa yang memang ada di ujung suara. Jadi nggak usah membela diri, (munaslub) hal yang biasa, jangan bilang nggak ada (munaslub), makin dibilang nggak ada justru makin jadi,” ujarnya.

“Golkar itu ‘disenggol mekar’, kalau Golkar harus disenggol biar mekar terus dia. Makin disenggol akarnya makin kuat, buat saya isu munaslub hal yang biasa di Golkar. Jadi ketum Golkar itu harus kuat senggol-senggolan, kalau tidak kuat yang jangan jadi ketum,” ujarnya.

Terkait siapa yang ideal menggantikan Bahlil jika benar ada munaslub, Ridwan menyebut banyak tokoh internal yang mumpuni. Bahkan, dia mempersilakan jika ada tokoh di luar Golkar yang ingin jadi Ketum Golkar.

“Masalah ketumnya Pak Nusron, AGK (Agus Gumiwang Kartasasmita), Bambang Soesatyo atau orang-orang senior yang mau muncul monggo silakan. Banyak kader Golkar yang mumpuni itu banyak, atau unsur-unsur di luar Partai Golkar lainnya,” ujarnya. (Pri)

Exit mobile version