Budi mengharapkan pembentukan dana persiapan pandemi rampung pada September tahun ini. “Dana untuk pandemi selanjutnya itu sudah terbentuk mudah-mudahan nanti September bisa formal, itu nanti ada di bawah Bank Dunia,” ujar dia, dikutip dari republika.
Terkait dengan penggunaan dan distribusi dana tersebut, ia merekomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pasalnya WHO yang lebih mengerti kondisi kesehatan secara global dan negara prioritas mana saja yang memerlukan pendanaan saat terjadi pandemi. “Kita di sini inginnya kalau bisa WHO yang lebih ke depan karena WHO yang ngerti negara-negara mana yang harus diprioritaskan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Menkes Budi juga mengusulkan untuk merangkul institusi-institusi dunia yang sebelumnya sudah sukses melakukan pendistribusian seperti vaksin. “Di pandemi sebelumnya banyak organisasi-organisasi dunia seperti di antaranya Global Fund, UNICEF, COVAX yang menguruskan distribusi vaksin ke seluruh dunia secara informal. Nah itu yang harus diformalkan,” ucapnya.
Lanjut dia, ketika nanti ada pandemi organisasi-organisasi dunia itu sudah lebih paham mekanisme pendistribusiannya dan menentukan negara-negara yang akan diberikan lebih dulu. Ia menyampaikan dana persiapan pandemi yang terkumpul saat ini mencapai sekitar satu miliar dolar AS (sekitar Rp 14,5 triliun dengan kurs Rp 14.500).
“Indonesia telah menyumbang 50 juta dolar AS (sekitar Rp 725 miliar),” ucapnya. Ia menambahkan dana yang terkumpul ditargetkan mencapai sebanyak 15-20 miliar dolar AS. Pendistribusiannya bisa melalui jalur organisasi dunia seperti GAVI dan UNICEF.(qq)