Oleh: H. Abdillah
Dalam cerita perwayangan Sengkuni digambarkan sebagai tokoh antagonis dari wiracarita Mahabharata yang dikenal licik kerap mengadudomba. Sengkuni merupakan paman para Kurawa dan patih Kerajaan Astina yang menggunakan berbagai cara licik untuk mencapai tujuannya, termasuk merancang permainan dadu yang membuat Pandawa kehilangan kerajaan mereka.
Cerita perwayangan itu dapat disandingkan dengan kondisi Pemerintahan Kota Bekasi saat ini, ada kelompok yang berprilaku layaknya Sengkuni. Kelompok ini bagai malaikat palsu yang bertugas membentengi pejabat. Baik eksekutif, legislatif ataupun pihak-pihak yang merupakan publik figur dan menjadi bagian dari keduanya. Tidak peduli yang dibentengi itu salah atau benar tetapi semua pokoknya benar di mata mereka bukan di mata publik.
Sengkuni ini juga ibarat pemadam kebakaran. Bertindak cepat mengatasi isu yang muncul agar isu tersebut segera hilang di publik. Misalnya muncul pemberitaan yang arahnya mengkritisi kebijakan kepala daerah maupun jajaran di bawahnya, Sengkuni datang menjadi “Tim Pembela”. Mereka mengcounter isu tersebut.
Fenomena “Sengkuni” di Kota Bekasi ini manjadi perhatian kalangan insan pers nasional.
Seperti viralnya soal Dirut Tirta Patriot yang diduga tertidur pulas saat mengikuti rapat dengan DPRD Kota Bekasi pada (19/11/2025) lalu, kelompok yang memposisikan diri sebagai tim caunter berita itu menjelma menjadi malaikat palsu. Mereka sibuk membantah dugaan tidurnya Sang Dirut itu bukan saat rapat melainkan ketika jeda istirahat sholat Ashar.
Seharusnya yang berhak mengklarifikasi insiden itu Humas PDAM Tirta Patriot. Namun, diduga ada kelompok sengkuni yang ironisnya datang dari media massa dan buzzer dan bertugas mengcouter berita yang dianggap sebagai berita negatif.
Kelompok ini sepertinya tengah membungkam kebebesan pers hanya karena memiliki kepentingan dan hobi yang sama dengan pemangku kebijakan di Perumda Tirta Patriot.
Lucunya lagi, konfirmasi Mediakarya.id soal beredarnya foto Sang Dirut yang menyandarkan badannya tertidur pulas di kursi, justru humas Tirta Patriot mengirimkan voice note hasil wawancara salah seorang wartawan dengan wakil ketua panitia khusus (pansus) yang isinya memberikan bantahan.
Aneh tapi nyata, penelusuran sejumlah awak media bahwa pernyataan bantahan tersebut keluar dari mulut Wakil Ketua Pansus Misbahuddin. Ia yang membantah sejumlah narasi di media, bahwa Dirut PDAM itu tidur dikatakan saat rehat waktu istirahat sholat ashar.
Namun, pendapat pakar sebagaimana dikemukakan oleh Prof. DR. Yudhie Haryono bahwa video tersebt asli, jelas sekali peserta berbaju merah tersebut tidur bukan saat rehat sidang, tapi saat sidang berlangsung. Ini clear and clean, sepanjang video ini asli bukan editan, bukan AI dan bukan palsu.
Lalu, kenapa berita viral ini terus meluas, bahkan dianggap membuat jagad seperti ada kegaduhan tersebar ada yang tertidur saat rapat dengan DPRD, lantaran perusahaan plat merah milik Pemkot Bekasi itu salah dalam berkomunikasi dengan publik.
Bahkan kegaduhan itu kian riuh lantaran pejabat legislatif itu memposisikqn diri sebagai Humas PDAM Tirta Patriot, ikut memberikan bantahan bukannya memberikan peenyataan yang “menyejukan”. Ini indikasi kesalahan dalam membangun komunikasi, tidak membangun profesionalitas. Tetapi, membangun “Sengkuni” sebagai kekuatan pembenar yang akan memberangus fungsi pers dan hak publik.
Penulis: Pimred Mediakarya, Pemegang Kartu Uji Kompetensi Wartawan Utama.




