Sedangkan Anies Baswedan, meski telah memiliki sejarah di birokrasi pemerintahan tapi Anies dinilai minim pengalaman memimpin sebuah organisasi politik yang tensi konfliknya sangat tinggi, artinya dalam manajemen konflik belum teruji seperti Airlangga.
“Demikian pula jika kita membandingkan para pendamping calon presiden misalnya Puan Maharani. Meskipun berpengalaman menduduki posisi strategis seperti pernah menjadi Menteri Koordinator, Ketua DPR dan wakil ketua partai, politisi PDIP itu belum menunjukkan prestasi yang menonjol. Selain itu sosok Puan cenderung terbiasa nyaman di menara gading dan tidak dekat dengan rakyat kecil,” imbuh Bambang.
Sedangkan Capres lain seperti AHY yang digadang-gadang sebagai calon pendamping Anies Baswedan, lanjut Bambang, banyak kalangan menilai sosoknya memang cerdas dan sebagai ketua partai tapi minim pengalaman di lapangan baik di birokrasi dan politik, sehingga sering disebut sebagai pemimpin yang prematur.
Adapun Ganjar Pranowo berpengalaman dalam birokrasi sebagai gubernur dan lapangan politik praktis sebagai pengurus partai dan anggota DPR, meskipun kemugkinan akan kehilangan rumah partai bernaungnya namun sangat tepat bila Ganjar mendampingi Airlangga.
Bambang mengungkapkan, Airlangga yang saat ini menakhodai partai besar disamping sebagai Menko Perekonomian, berpotensi mampu melakukan perubahan fundamental terhadap kondisi Ipoleksosbud Hankam yang saat ini sedang mengalami distorsi cukup mengkhawatirkan.