Menurut Budi, Kementerian Kesehatan memang membuat perubahan strategi dalam penanggulangan varian Omicron. “Transmisi Omicron memang akan jauh lebih tinggi dari Delta tapi yang dirawat lebih sedikit sehingga strategi layanan Kementerian Kesehatan akan digeser sehingga yang sebelumnya fokus ke rumah sakit, sekarang fokusnya ke rumah karena akan banyak orang yang terkena tapi tidak perlu ke rumah sakit,” ungkap Budi.
Dikutip dari republika, Budi Gunadi menyebut Kemenkes sudah melakukan penelitian ke 414 pasien terkonfirmasi varian Omicron. “Apa gejalanya, ada yang hanya perlu dirawat di rumah sebagian besar seperti itu, gejala apa saat dirawat di isolasi terpusat seperti rumah sakit, mana yang sedang dan mana berat,” tambah Budi.
Kemenkes disebut Budi juga sudah kerja sama dengan 17 penyedia jasa telemedisin untuk memastikan agar pasien yang harus dirawat di rumah tetap bisa mendapatkan akses untuk konsultasi ke dokter dan mendapatkan obat. “Kami juga sudah kerja sama ‘start up’ bidang logistik dan BUMN Kimia Farma agar obat-obatan bisa sampai termasuk 400 ribu tablet molnupiravir yaitu obat antivirus yang baru dari Merck sudah tiba di Indonesia dan siap digunakan,” jelas Budi.
Budi mengungkapkan pasien yang dirawat di rumah adalah mereka yang tingkat saturasinya ada di atas 95. “Teknisnya kalau yang sakit dan tidak ada gejala, tapi kalau dia gejala batuk, pilek, demam selama saturasi di atas 95 tidak perlu ke rumah sakit, tapi kalau tidak ada gejala ya sudah di rumah saja, tidak usah melakukan apa-apa, isolasi saja, tapi kalau dia ada gejala dikasih paket obat,” ungkap Budi.