“Munculnya kritik baru justru memperlihatkan bahwa RUU ini telah mengalami kemajuan yang berarti dan terjadi dialog berkualitas selama pembahasannya,” ujarnya, dilansir dari antara.
Willy menegaskan bahwa dialog adalah semangat utama dalam pembahasan RUU TPKS, dan berbagai kajian terhadap pandangan yang berbeda atau bahkan bertolak belakang, diupayakan dicari titik temunya.
Dia menilai langkah tersebut agar lahir payung hukum bagi ratusan ribu korban kekerasan seksual untuk diwujudkan dan agar kultur politik yang selaras dengan nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan menjadi langgam utama dalam kehidupan berpolitik.
Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR RI itu menuturkan pembahasan sebuah RUU bukan merupakan “zero sum game” atau kalau ada yang menang maka harus ada yang kalah.
“Kiranya semua pihak sepakat fenomena kekerasan seksual sudah sangat meresahkan. Semua juga sepakat, bukan hanya melindungi korban yang penting, namun juga memperhatikan perkembangan korban di masa depan. Adapun terhadap perbedaan-perbedaan lainnya, yang paling dibutuhkan adalah langkah-langkah dialog dengan hati dan pikiran terbuka,” tuturnya.