JAKARTA, Mediakarya – Kasus penangkapan sejumlah anggota Negara Islam Indonesia (NII) di beberapa wilayah di Indonesia oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 pada 19 Nopember 2024 lalu, mengindikasikan bahwa gerakan kelompok tersebut masih masif dan terstruktur.
Seperti diketahui, NII merupakan kelompok yang ingin merubah ideologi Pancasila menjadi negara yang berasaskan islam secara kaffah. Pertama kali diproklamirkan oleh Sekarmadji Kartosuwiryo (SMK) di Desa Cisampang, Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1949.
Pergerakan kelompok NII sudah berjalan berpuluh puluh tahun di negeri ini. Banyak dari masyarakat yang menjadi anggota dan korban dari kelompok NII ini.
Asep Muhargono selaku Ketua Umum Prabu Foundation yang juga mantan Panglima NII wilayah Jawa Barat Selatan, mengungkapkan penangkapan anggota NII oleh Densus 88 kian menguatkan bahwa NII masih eksis dan tumbuh subur di tengah masyarakat.
Menurut dia, kelompok NII yang baru-baru ini ditangkap oleh tim Densus 88 merupakan kelompok NII Faksi Muhammad Yusuf Thohiri alias MYT. Sebab kelompok tersebut masih menganut bahwa wilayah indonesia ini adalah bagian dari wilayah perang.
“Sehingga struktur yang dipakai adalah berdasarkan Maklumat Komandemen Tertinggi (MKT) NII nomor 11 yaitu membagi wilayah NII dengan nama Sapta Palagan (Tujuh Daerah Perang) yang dikomandoi oleh seorang Imam merangkap Angkatan Perang Negara Islam Indonesia atau APNI,” ujar Asep kepada Mediakarya, Sabtu (23/11/2024).
Asep mengungkapkan, kelompok NII MYT di bawah pimpinan Zakaria itu mayoritas anggotanya merupakan sempalan mantan anggota NII Komandemen Wilayah 9, di bawah kepemimpinan Abdussalam Panji Gumilang, pimpinan ponpes Al-Zaytun.
“Kelompok Zakaria ini masih mempertahankan pemahaman dan ideologinya tentang Negara Islam Indonesia,” katanya.
Asep mengungkapkan, jumlah kelompok MYT terbilang banyak, terutama di Jawa Barat. “Salah satu anggota NII yang ditanggap oleh Densus 88 di Kota Bandung merupakan Imam atau Panglima Perang dari NII Faksi MYT,” ungkap Asep.
Berdasarkan analisa dari Prabu Foundation bahwa di wilayah lain, anggota NII faksi MYT masih tumbuh subur, dan terus melakukan perekrutan.
Oleh karenanya, peran penting pemerintah untuk mendeteksi dini kelompok kelompok radikal seperti NII ini harus dilakukan di seluruh wilayah NKRI.
“Sebab saat ini hanya kabupaten Bandung yang sudah mencanangkan program deteksi dini pencegahan radikalisme dan ekstrimisme terutama kelompok NII, dan PRABU Foundation berperan menjadi mitra pemerintah dalam rangka mensukseskan program tersebut,” katanya.
Asep pun berharap daerah lain bisa meniru pemerintahan kabupaten Bandung yang terus menggaungkan program deteksi dini pencegahan radikalisme dan ekstrimisme terutama pergerakan kelompok NII.