“Kehadiran Ibu Ketua DPR RI sangat penting karena beliau sudah ikut menyiapkan penyelenggaraan 13th Summit of Women Speakers of Parliament dalam 5 kali rapat Preparatory Committee,” jelas anggota Komisi I DPR RI ini.
Pada setiap rapat Preparatory Committee, Puan disebut menekankan sinergi dan kolaborasi parlemen di seluruh dunia dalam upaya pencapaian pengarusutamaan kesetaraan jender, baik laki-laki maupun perempuan.
“Meskipun pada akhirnya persidangan mengadopsi format ‘Doha Debate’ yang melakukan voting terkait suatu isu, Ibu Ketua DPR RI telah mengusulkan agar menghindari penggunaan voting pada akhir setiap sesi. Hal ini penting agar seluruh delegasi merasa memiliki ‘ownership’ terhadap setiap keputusan yang diambil,” terang Irine.
KTT Ketua Parlemen Perempuan ini bukan merupakan side-event meskipun diselenggarakan bersamaan dengan 5WCSP. Irine mengatakan, 13th Summit of Women Speakers of Parliament adalah sidang yang berdiri sendiri dan forum penting bagi para Ketua Parlemen perempuan untuk berbagi ide dan gagasan, serta praktik cerdas di masing-masing negara.
“Sudut pandang para ketua Parlemen perempuan akan memperkaya pemahaman mengenai tantangan nyata yang dihadapi kaum perempuan khususnya. Tidak hanya dalam politik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Di 5WCSP, Puan pun memiliki andil cukup besar karena menjadi pembicara pada General Debate pertama dengan tema terkait keseimbangan pembangunan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Ketua DPR RI perempuan pertama Indonesia itu didaulat sebagai keynote speaker dalam dialog interaktif bertema ‘Achieving sustainable development requires more attention on human wellbeing and environmental preservation than on economic growth’c yang dimoderatori oleh jurnalis dan komentator politik Deutsche Welle, Melinda Crane-Rohrs.