Barkah pun menambahkan, masyarakat berpenghasilan tidak tetap ini, jika dilihat daripada jumlah potensi yang ada mencapai 61% dari tenaga kerja yang ada di Indonesia.
“Apabila kita mampu membantu yang berpenghasilan tidak tetap ini, maka akan berdampak signifikan bagi perkembangan ekonomi di Indonesia. Tinggal bagaimana cara kita untuk mencari pengamanannya yang baik bagi kita semua pihak, termasuk bagi perbankan agar kredit yang diberikan kepada masyarakat penghasilan tidak tetap (non fix income) bisa lancar,” imbuhnya.
Sekedar diketahui bahwa menurut ASEAN Investment Report yang dirilis September 2022, Indonesia memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbanyak di kawasan ASEAN.
Laporan tersebut mencatat jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2021 mencapai sekitar 65,46 juta unit. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga seperti Thailand 3,1 juta, Malaysia 1,2 juta, Filipina 996.700, Vietnam 651.100, Kamboja 512.900, singapura 279.000, Laos 133.700 dan Myanmar 72.700.
Pada 2021 UMKM Indonesia tercatat mampu menyerap 97% tenaga kerja, menyumbang 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta berkontribusi 14,4% terhadap ekspor nasional.
Proporsi serapan tenaga kerja UMKM Indonesia itu merupakan yang paling besar di ASEAN. Di negara-negara tetangga, UMKM hanya menyerap tenaga kerja di kisaran 35%-85%. (Mme)