Karenanya ia meyakini temuan survei, ternyata hasilnya berbeda, dan data yang didapat dari aspirasi masyarakat berdasarkan angka-angka sulit untuk membenarkan Pilkada mengunggulkan paslon tertentu.
Namun realitanya, kata Feri Buya, ada juga paslon lain yang secara lapangan mendapatkan dukungan yang masif, tidak kalah dengan paslon yang menggunakan strategi kampanye lewat media atau penggiringan opini lewat lembaga survei.
Pada pilkada Limapuluh Kota tahun 2020 klaim hasil survei ini juga tak tanggung tanggung memunculkan salah satu Paslon sampai 37%, tetapi hasilnya sangat jauh berbeda saat penghitungan hasil suara.
“Kami mengajak masyarakat untuk cerdas membaca propokasi kampanye melalui survei abal-abal, sehingga masyarakat tetap yakin dengan pilihannya,” tutup Feri Buya. (hab)