Emrus Sihombing Imbau Masyarakat Kota Bekasi Tidak Pilih Cakada Yang Gunakan Politik Identitas

Pakar Komunikasi Politik, Emrus Sihombing

KOTA BEKASI, Mediakarya – Baru-baru ini publik di Kota Bekasi dihebohkan dengan beredarnya video yang viral di beberapa grup whatsapp, terkait dengan sekelompok masyarakat tengah diambil sumpahnya untuk mendukung salah satu pasangan calon kepala daerah.

Di mana dalam video tersebut, diduga calon Wali Kota Bekasi nomor urut 3 Tri Adhianto tengah memandu deklarasi dan pengambilan sumpah dan janji sekelompok warga untuk mendukung pasangan Tri Adhianto-Harris Bobihoe pada Pilkada mendatang.

Sementara, itu, sosok yang diduga Tri Adhianto dalam video tersebut tengah mengucapkan pernyataan yang diikuti oleh peserta deklarasi lainnya bahwa “Apabila saya melanggar janji maka saya akan siap menerima azab dari Allah subhanahu wa ta’ala”.

Menanggapi beredarnya video yang dinilai penuh kontroversi itu, Pakar Komunikasi Politik Emrus Sihombing mengungkapkan, calon kepala daerah  yang menggiring isu politik identitas dinilai sosok yang tidak optimis pada visi misi dirinya sebagai kontestan calon kepala daerah.

Selain itu, calon kepala daerah yang memaksa kelompok untuk diambil sumpahnya agar memilih atau mendukungnya, menandakan bahwa kontestan pilkada tersebut memiliki percaya diri yang rendah terhadap programnya. Terlebih jika pengambilan sumpah atau janji tersebut identik menggunakan cara yang dilakukan oleh agama tertentu.

Sebab kata Emrus, Kota Bekasi merupakan daerah yang multikultur, dan jika pun nanti terpilih, cakada tersebut bukan hanya akan memimpin masyarakat agama atau kelompok tertentu, melainkan masyarakat yang memiliki sudut agama, suku maupun kelas sosial yang berbeda.

“Akan tetapi jika cakada itu menyumpah terhadap sejumlah kelompok itu menggunakan cara-cara agama tertentu maka itu bisa dibilang (dia) tengah mengkampanyekan politik identitas,” ujar Emrus kepada Medakarya, Rabu (30/10/2024).

Untuk itu, Emrus mengimbau kepada masyarakat agar tidak memilih sosok yang mengedepankan politik identitas. Sebab, Kota Bekasi itu buka hanya dihuni satu kelompok atau agama tertentu, namun terdiri dari berbagai macam suku agama dan ras yang berbeda.

Emrus menilai, sosok cakada seperti itu tidak mengerti hakikat manusia. Sebab pada dasarnya setiap manusia lahir ke bumi tidak memiliki keimanan yang sama.

“Jadi saya berpendapat orang semacam ini tidak layak untuk jadi pemimpin. Dan saya menyarankan seluruh calon pemilih agar tidak memilih pemimpin yang tidak mengedepankan pluralisme,” pungkasnya. **

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *