“Frekuensi kejadian HABs di Indonesia semakin meningkat dan menyebabkan kerugian lingkungan, ekonomi, wisata, maupun permasalahan kesehatan masyarakat yang tidak sedikit,” ucapnya, dilansir dari antara.
Salah satu subsektor perikanan yang terdampak langsung HABs yaitu budidaya ikan akibat kematian massal ikan budidaya dalam skala besar. Selain itu, kejadian keracunan setelah mengonsumsi seafood yang terkontaminasi racun dari plankton penyebab HABs juga sangat sering terjadi.
Meskipun potensi negatif HABs telah berdampak pada beragam aspek sosial, ekonomi sampai dengan lingkungan, lanjutnya, tetapi upaya pencegahan dan mitigasinya belum banyak dilakukan, khususnya dalam aspek sistem peringatan dini kejadian HABs untuk meminimalisir atau mengurangi efek kerusakannya.
BRSDM melalui kerja sama riset antara Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) dengan Pusat Riset Informatika (PRI), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Future University Hakodate, Jepang telah berhasil membuat suatu terobosan baru dalam upaya antisipasi dampak negatif dari kejadian HABs di Indonesia, yaitu melalui pengembangan aplikasi peringatan dini Alboom.